Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aksi Nyata – Diseminasi Budaya Positif dI SD Negeri 2 Selanegara

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Salam dan Bahagia

Budaya Positif

Pengertian Budaya Positif

Budaya Positif adalah nilai-nilai yang diyakini dan diterapkan oleh sekelompok orang dalam jangka waktu tertentu, sehingga menjadi suatu kebiasaan

Seorang guru yang baik harus memiliki kemampuan dalam mewujudkan budaya positif di sekolah. Budaya positif tersebut dapat dijalankan dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti:

Disiplin Positif

Apakah makna ‘Disiplin’?

  • Disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya belajar
  • Makna asal dari kata ini berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato.
  • Disiplin diri membuat orang menggali potensinya menuju sebuah tujuan, apa yang dia hargal.
  • Namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah berubah menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan.
  • Kecenderungan umum adalah menghubungkan kata disiplin dengan ketidaknyamanan, bukan dengan apa yang kita hargai, atau pencapaian suatu tujuan mulia.

Disiplin Positif merupakan suatu cara penerapan disiplin yang mengajarkan anak bertanggung jawab dan menumbuhkan kesadaran diri berdasarkan nilai-nilai kebajikan

Disiplin Positif lebih ke arah Disiplin Diri yang dapat mengontrol diri dalam melakukan segala tindakan

Disiplin Diri dapat membuat murid memahami dan menyadari berdasarkan motivasi internal, bukan akibat paksaan, hadiah, ataupun hukuman.

Lingkungan yang aman dan nyaman berbasis disiplin positif di sekolah akan berdampak secara maksimal pada perkembangan dan pembentukan karakter peserta didik.

Nilai-nilai Kebajikan Universal

Nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia yaitu Profil Pelajar Pancasila


Motivasi Perilaku Manusia

Orang melakukan sesuatu kebaikan ataupun keburukan pasti memiliki suatu tujuan

3 Motivasi Perilaku Manusia

  1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman.
  2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
  3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

“Merdeka” menurut Ki Hajar Dewantara “… merdeka itu artinya tidak hanya terlepas dari perintah, akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri …” (Ki Hajar Dewantara, Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)

Hukuman dan Penghargaan

Penghargaan berlaku sama dengan hukuman, dalam arti meminta atau membujuk seseorang melakukan sesuatu untuk memenuhi suatu tujuan tertentu dari orang yang meminta atu membujuk. Dorongannya eksternal dan akan ada faktor ketergantungan 

Beberapa Dampak dari Pemberian Penghargaan (Alfie Kohn, 1993)

Keyakinan Sekolah / Kelas

Guru berperan dalam mewujudkan terbentuknya keyakinan sekolah atau kelas dengan adanya kesepakatan antara guru dan murid.

Keyakinan sekolah atau kelas berupa pernyataan-pernyataan universal yang mudah diingat dan dipahami dan harus diterapkan di lingkungan sekolah.

Kebutuhan Dasar Manusia

Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Studi Kasus

Ibu Mawar, guru wali kelas kelas V, sedang bingung menghadapi ulah salah satu murid di kelasnya, Sofian.  Beberapa anak telah mengeluhkan Sofian yang seringkali meminta bekal makan siang mereka dengan paksa. Jika Anda menghadapi situasi seperti Ibu Mawar, apa yang akan anda lakukan? Menurut anda, kira-kira apa alasan Sofian melakukan hal itu?

  • Alasan Sofian #1

karena ia lapar dan orangtuanya tidak membawakannya bekal makan siang, maka kebutuhan dasar yang sedang berusaha dipenuhi oleh Sofian, adalah kebutuhan untuk bertahan hidup (survival).

  • Alasan Sofian #2

karena dia merasa senang temannya jadi memperhatikan dia. Ketika temannya melaporkan tindakannya itu pada gurunya, dan gurunya memberitahu orang tuanya, sehingga orang tuanya jadi memperhatikan dia, maka kebutuhan dasar yang sedang dipenuhi Sofian adalah kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima.

  • Alasan Sofian #3

karena temannya jadi takut dengan dia dan menuruti keinginannya, maka sebetulnya Sofian sedang berusaha memenuhi kebutuhan dasarnya akan kekuasaan.

  • Alasan Sofian #4

karena dia merasa bosan dengan bekal makanan yang dibawakan ibunya dari rumah, karena ibunya selalu membawakan bekal yang sama, oleh karena itu dia ingin mencoba makanan teman-temannya yang beraneka ragam, maka Sofian sedang berusaha memenuhi kebutuhannya akan kebebasan.

  • Alasan Sofian #5

karena ia melakukannya karena iseng saja dan ia menikmati ekspresi wajah teman-temannya yang kesal karena diambil makanannya dan menurut dia, ekspresi teman-temannya itu lucu. Maka berarti Sofian sedang berusaha memenuhi kebutuhannya akan kesenangan.

Posisi Kontrol Restitusi

5 Posisi Kontrol Restitusi

1. Guru Sebagai Penghukum

  • Tindakan : memarahi, mengkritik, menyakiti, melakukan tindakan kekerasan
  • Perkataan : Kalau kamu…Bapak/Ibu akan…
  • Akibat : murid tidak peduli dengan gurunya atau tugas sekolahnya
  • Pola perilaku : perilaku melanggar yang berulang sebagai bentuk perlawanan
  • Motivasi yang berkembang : motivasi ekstrinsik

2. Guru Sebagai Pembuat Merasa Bersalah

  • Tindakan : mendiamkan, menceramahi, membuat rasa bersalah
  • Perkataan : Bapak/Ibu kecewa sama kamu, kalau orang tuamu tahu bagaimana?, seharusnya kamu tahu
  • Akibat : murid merasa murid bodoh atau nakal
  • Pola perilaku : rasa rendah diri, kurang percaya diri, cemas dan khawatir salah
  • Motivasi yang berkembang : motivasi ekstrinsik

3. Guru Sebagai Teman

  • Tindakan : membuat pemakluman
  • Perkataan : Lakukan demi Bapak/Ibu…
  • Akibat : merasa guru adalah teman yang bisa memaklumi kesalahannya
  • Pola perilaku : menjadi lemah, tergantung, cenderung menunggu
  • Motivasi yang berkembang : motivasi ekstrinsik

4. Guru Sebagai Pemantau

  • Tindakan : Memantau dan mencatat
  • Perkataan : Kamu sudah tahu aturannya kan?
  • Akibat : murid mempertanyakan konsekuensi perbuatannya
  • Pola perilaku : orientasi pada ganjaran dan hadiah
  • Motivasi yang berkembang : motivasi ekstrinsik

 5. Guru Sebagai Manager

  • Tindakan : bertanya dan membuat kesepakatan
  • Perkataan : Apa sebenarnya harapanmu?
  • Akibat : Apa yang bisa saya lakukan untuk memperbaiki?
  • Pola perilaku : disiplin dari dalam diri
  • Motivasi yang berkembang : motivasi intrinsik

Diantara kelima posisi kontrol tersebut sebaiknya seorang guru menggunakan posisi kontrol sebagai MANAJER

sebagai Manajer, guru dapat berbuat sesuatu bersama murid, mempersilakan murid bertanggung jawab dan mendukung murid agar dapat menemukan solusi.

Selain itu, posisi Manajer mengacu pada restitusi yang dapat menjadikan murid sebagai manajer bagi dirinya sendiri sehingga dapat tercipta identitas positif pada diri murid

Segitiga Restitusi

Apa itu ‘Restitusi’?

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka dapat kembali ke kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat, (Gossen, 2004)

Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi atas masalah mereka, dan membantu murid untuk berpikir :

  • ingin menjadi orang seperti apa mereka (tujuan mulia), dan
  • bagaimana mereka memperlakukan orang lain.

(Gossen, 2004)

Tahapan Dalam Segitiga Restitusi

1. Menstabilkan Identitas

Menstabilkan Identitas dilakukan berdasarkan prinsip bahwa membuat kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran, yang nantinya akan menggeser identitas gagal ke arah identitas sukses.

  • Berbuat salah itu hal yang manusiawi
  • Tidak ada manusia yang sempurna
  • Kita pasti bisa menyelesaikan permasalahan ini
  • Bapak/Ibu tidak tertarik untuk mencari tahu siapa yang benar, siapa yang salah, Bapak/Ibu lebih tertarik untuk menyelesaikan masalah
  • Kalau kamu menyalahkan dirimu sendiri terus menerus, apakah kamu bersikap baik pada dirimu sendiri?

2. Validasi Tindakan yang Salah

Validasi Tindakan yang Salah dilakukan berdasarkan prinsip bahwa setiap perilaku berupaya memenuhi suatu kebutuhan tertentu, sehigga guru atau orang tua akan bergeser dari pemikiran stimulus respon menjadi proaktif, serta akan lebih mengenali dan mengakui kebutuhan murid atau anak.

  • Kamu pasti punya alasan mengapa melakukannya.
  • Apa yang penting bagi kamu?
  • Kamu boleh tetap berusaha menjaga sikap itu, tapi tambahkan sikap yang lain, yang baru.
  • Maukah kamu belajar cara lain untuk mendapat yang kamu butuhkan tanpa harus memukul?

3. Menanyakan Keyakinan

Menanyakan Keyakinan dilakukan dengan memberi pertanyaan-pertanyaan bermakna kepada murid atau anak untuk memunculkan motivasi secara intrinsik sehingga mampu mengaitkan keyakinannya dengan tindakan yang salah.

  • Apa nilai yang kita percaya di sekolah kita?
  • Nilai-nilai apa yang telah kita sepakati?
  • Kelas yang ideal itu seperti apa sih?
  • Kamu ingin jadi anak seperti apa?
  • Apa yang kamu rasakan? Ketika kamu melakukan itu, kamu menjadi orang yang seperti apa?

Intervensi 30 Detik 

Jika diselesaikan dengan segitiga restitusi tidak efektif maka dapat memakai intervensi 30 detik

Semoga bermanfaat dan dapat menginspirasi banyak orang.

(Oleh : Sugeng Riyadi)

CGP Angkatan 11 Kab. Banyumas


Posting Komentar untuk "Aksi Nyata – Diseminasi Budaya Positif dI SD Negeri 2 Selanegara"